widgets

Senin, 30 September 2013

Anoa : Panser Amfibi “made in Indonesia"

Anoa : Panser Amfibi “made in
Indonesia"

Kalau ada ranpur TNI yang paling
banyak disorot tahun ini, itu tak lain
adalah Anoa. Panser dari jenis APS
(angkut personel sedang)-3, atau
bisa disebut APC (armoured
personnel carrier). Alasanya,
pertama Anoa adalah panser
besutan lokal (PT. Pindad) yang
dirancang dengan bodi Monocoque
Armoured, desainnya bisa dibilang
mencontoh panser TNI AD
sebelumnya, yakni VAB buatan
Perancis. Bahkan Anoa berpenggerak
roda 6×6. Alasan kedua, Anoa
adalah panser dengan kualifikasi
amfibi pertama yang dibuat di
dalam negeri.
Dan, tak kalah penting, Anoa
mendapat pengakuan internasional,
ini dibuktikan dengan minat dari
Oman, Malaysia, Nepal, dan
Bangladesh untuk membeli Anoa.
Boleh dibilang, Anoa adalah flagship
kavaleri Indonesia, apalagi Anoa
telah dilbatkan dalam satuan
batalion mekanis Kontingen Garuda
di Lebanon. Informasi terakhir, 13
unit Anoa telah dikirim ke Lebanon
untuk memperkuat Satgas Batalyon
Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-
D/UNIFIL.
Anoa juga dibuat versi 4x4 untuk
Polri
Presiden SBY saat mencoba Anoa,
tampak dibelakang SBY berupa
anjungan juru tembak. Hal yang
membedakan dengan panser VAB
Selain alasan-alasan diatas, Anoa
kerap menarik perhatian warga,
khususnya di Jakarta, sebab
beberapa unit Anoa digadang
sebagai ranpur Paspampres. Tak
jarang Anoa terlihat “nongkrong”
ibarat hiasan tanpa persenjataan di
area kediaman Presiden dan Wakil
Presiden.
Dari segi desain, panser ini rasanya
memang “menyadur ” desain panser
VAB besutan GIAT Perancis. Tapi
Anoa dihadirkan dengan
penyempurnaan, selain suspensi
yang lebih baik, Anoa mempunyai
kubah tempat penembak depan yang
terpisah. Bandingkan pada VAB,
kubah penembak SMB (senapan
mesin berat) tepat berada di
samping pengemudi, tentu posisi ini
kurang ergonomis bagi penembak.
Untuk itulah pada Anoa dilakukan
penyempurnaan. Alhasil ukuran
Anoa lebih panjang sedikit
ketimbang VAB.
Tampilan ruang kabin personel di
panser Anoa
Masih ada perbedaan lain, bila VAB
menggunakan kemudi sebelah kiri
(standar Eropa), maka Anoa
mengadopsi letak kemudi di kanan
(standar Indonesia). Nah, untuk yang
lain-lainnya bisa dibilang Anoa dan
VAB ibarat pinang dibelah dua.
Contohnya Anoa menggunakan tipe
mesin yang sama dengan VAB, yakni
Renault MIDR 062045 inline 6
cylinder turbo-charged diesel. Tentu
untuk urusan dapur pacu masih
harus di impor dari Perancis. Begitu
pula dengan suspensi yang
menggunakan Independent
suspension, torsion bar masih di
impor. Dengan sistem penggerak
enam roda simetris, Anoa mampu
bergerak lincah di berbagai medan.
Termasuk di kemiringan 31 derajat.
Aksi Anoa dalam mengatasi halang
rintang
Anoa dilengkapi dua buah propeler
untuk berenang
Pada Agustus 2008, Pindad
mendapat order 150 unit Anoa dari
Departemen Pertahanan. Hingga
produksi ke 30, plat baja Anoa masih
impor, selanjutnya plat baja akan
dipasok oleh PT. Krakatau Steel.
Mengenai performa plat baja,
performanya mampu mehanan
hantaman peluru kaliber 5,56 dan
7,62 mm. Anoa dilapisi dengan baja
khusus yang telah memenuhi
standar level III NATO.
Untuk persenjataan, ada dua pilihan
yang ditawarkan, yakni pelontar
granat AGL 40 atau SMB 12,7 mm.
Untuk menghindar dari sergapan
lawan, Anoa juga dibekali pelontar
granat asap 2 x3 66 mm. Sejak
diperkenalkan pertama kali pada
Hari ulang Tahun TNI ke-61 di
Cilangkap – Jakarta (5/10/2006).
Anoa telah dikembangkan dalam
beberapa varian, seperti versi
ambulance, komando, logistik,
armoured recovery, surveillance, dan
versi pelontar mortir.
Anoa 6x6 versi kanon 90 mm
Tampilan belakang Anoa versi kanon
90 mm
Bahkan panser amfibi ini lebih
hebat lagi berhasil dikembangkan ke
versi kanon. Untuk versi kanon,
desainnya lumayan sangar dengan
mengadopsi kanon tipe Cockerill 90
mm Mk III, serupa dengan yang
digunakan pada tank Scorpion 90.
Tapi sayang, belum ada pesanan
mengalir untuk Anoa versi kanon.
(Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Anoa APC
Pabrik : PT. Pindad
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Senjata Utama : SMB 12,7 mm atau
pelontar granat AGL 40 mm
Mesin : Renault MIDR 062045 inline
6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6
forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension,
torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2
meter / detik di air

Mengenal sukhoi su-35 flanker E

Kedigdayaan Su 27 Flanker
akhirnya disempurnakan melalui
kehadiran varian generasi 4++ nya,
Sukhoi SU-35S yang mendapat
julukan Super Flanker. Su-35S ini
baru saja memasuki masa operasional
di Angkatan Udara Rusia namun
beberapa Negara sahabat Rusia
sudah kepincut untuk segera
memilikinya juga. SU-35S bisa
dikatakan sebagai Jet Tempur Rusia
paling canggih yang sudah Full
Operasional, kemunculannya seolah
mengisi kekosongan sekaligus
penjembatan utama menuju generasi
ke 5 yang masih dalam tahap uji coba
yakni Sukhoi T-50 PAKFA (Perspektivny
Aviatsionny Kompleks Frontovoy
Aviatsii/Prospective Airborne Complex
of Frontline Aviation). Di Masa
mendatang Sukhoi SU-35S bersama
T50 PAKFA bisa menjadi tandem yang
menggetarkan kekuatan udara lawan,
T50 sendiri direncanakan memasuki
masa dinas pada tahun 2016 nanti.
Karena merupakan pesawat generasi
4++ tentu saja kemampuam SU-35S
secara teknikal berada diatas pesawat
generasi 4 seperti Rafale, F18, F16
dsj.
Super Flanker juga memiliki
keistimewaan lain yakni SU-35S tak
mudah untuk di endus radar lawan,
meski SU-35S bukan pesawat siluman
atau stealth seutuhnya layaknya
generasi ke 5 seperti F22 Raptor atau
F35 Lightning II. Jangkauan radar
milik Super Flanker yang 2 lebih jauh
ketimbang pesawat2 generasi 4 atau
4+ memungkinkan SU-35S melakukan
aksi First Look-First Shoot-First
Kill ,sebelum pilot lawan melihat
super flanker, pilot SU-35S bisa lebih
dulu menjatuhkan pesawat lawan
tersebut. Di sector mesin milik
Su-35S jauh lebih bertenaga, mesin
ganda 117S sangat superior dan irit
setrum ketimbang Jet tempur lain,
F16 misalnya. Berkat mesin yang
dirancang NPO Saturn Research and
Production Association, Daya Jelajah
Super Flanker menjadi luar biasa
jauh, bisa jadi menjadi yang terbesar
dikelasnya. Sistem Avionik dan
persenjataannya pun sudah ditanam
dengan teknologi terkini, dibagian
cockpit termpang 2 layar besar
sebagai HUD utama layaknya generasi
5 T50 PAKFA.

Spesifikasi Sukhoi SU-35S Super
Flanker :
Awak : 1 Orang
Berat Maks. lepas landas : 34.500 Kg
Kecepatan Maksimum : mach 2,25
Daya Jelajah : 3.600 km
Ketinggian Maksimum : 18 Ribu Meter
Perancang : Tim Desain Sukhoi
berdasarkan SU-27
Terbang Perdana : 1988
Produksi Perdana : 1995 (proses
produksi kemudian dibekukan pada
1990-an akhir)
Pengembangan : Modernisasi SU-35
menjadi SU-35S ,diproduksi ulang
pada 2006
Terbang Perdana SU-35S : 2008
Operator : AU Rusia telah memesan
48 unit hingga 2015
Muatan : Hingga 8 Ton
Senjata : Kanon Internal 30 mm, Misil
Udara ke Udara (AAM), Udara ke
Permukaan (SAM).
Keunggulan SU-35S :
Pesawat Multiperan dengan
kemampuan maneuver tinggi
Memiliki Sistem Avionik dan
Elektronik paling canggih
Jangkauan Radar lebih jauh dengan
pengenalan multitarget
Mesin Ganda 117S dengan system
Vectoring
Sulit Diendus Radar (Semi Stealth)
Kelemahan SU-35S :
Harga beli dan biaya Operasional
yang tidak murah —

Kisah konvoi RPKAD dihadang pantat Gerwani


Reporter : Ramadhian Fadillah
Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD) melancarkan operasi
menghancurkan G30S di Jawa
Tengah dan sekitarnya pada akhir
bulan Oktober 1965. Pasukan baret
merah ini mengejar pasukan militer
pendukung G30S yang lari ke lereng
Gunung Merapi-Merbabu.
Pendukung G30S di Solo dan
sekitarnya masih cukup banyak.
Kadang mereka masih berani
melakukan teror.
Warga juga menebangi pohon untuk
merintangi perjalanan konvoi RPKAD.
Tak cuma itu, para wanita yang
tergabung dalam Gerakan Wanita
Indonesia (Gerwani), organisasi
underbouw PKI juga ikut
menghadang konvoi RPKAD.
Peristiwa itu digambarkan seorang
wartawan asing John Hughes yang
dikutip Julius Pour dalam buku
Gerakan 30 September, Pelaku,
Pahlawan & Petualang terbitan
Kompas.
"Suatu kali, konvoi yang dipimpin
Sarwo Edhie dihadang sejumlah
anggota Gerwani. Mereka menari-
nari memadati jalan menghina
RPKAD dengan menunjukkan
bokongnya."
Sarwo Edhie bertindak tegas. Dia
perintahkan panser maju ke depan.
Sarwo memerintahkan untuk
menembak peringatan.
"Tembak mereka," perintahnya.
Setelah tembakan salvo selesai,
sejumlah warga memprotes
tembakan tersebut. Anak buah di
atas panser diam, melirik Sarwo.
Dengan nada datar Sarwo berkata.
"Tembak juga mereka."
Sarwo dikenal tegas, tak pernah
ragu-ragu bertindak. Hal ini
membuat nyali pendukung G30S
ciut. Masyarakat yang memiliki
senjata kemudian menyerahkannya
pada RPKAD. Tak ada lagi yang
berani melecehkan pasukan
komando tersebut.
Satu demi satu tokoh-tokoh PKI di
Jawa Tengah berhasil dihabisi.
Di Jawa Tengah, nama Sarwo harum.
Dia jadi idola masyarakat. Mantan
Menteri Perumahan Rakyat Suharso
Monoarfa mengingat betapa
gagahnya Kolonel Sarwo dengan
seragam loreng darah mengalir, kaca
mata hitam dan tongkat komando.
"Dulu waktu di Malang, usai
penumpasan G 30 S/PKI, saya lihat
Komandan RPKAD Sarwo Edhie
Wibowo. Gagah sekali, lalu saya pikir
apakah saya bisa seperti beliau,"
kata Suharso di Mako Kopassus,
Cijantung, Jakarta Timur.
Sayangnya mertua Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ini seolah
dipinggirkan Soeharto setelah
selesai memberantas PKI. Sejumlah
pihak menilai Soeharto khawatir
dengan kepopuleran Sarwo Edhie.
Meminjam istilah Julius Pour untuk
Sarwo Edhie, perannya bagaikan
wayang. Disimpan di kotak setelah
lakonnya selesai.

Setelah Terlambat 10 Menit, PM Australia Bertemu Presiden SBY


JAKARTA-(DM) : Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY)
menerima kunjungan bilateral
Perdana Menteri (PM) Australia
Tony Abbott di Istana Merdeka,
Jakarta, Senin (30/9/2013).
Ini merupakan kunjungan ke luar
negeri pertama PM Abbott sejak
menggantikan Kevin Rudd. PM
Abbot sempat terlambat datang ke
Istana sekira 10 menit dari jadwal
yang ditentukan.
Kendati demikian, Presiden SBY
dan Ibu Ani Yudhoyono
menyambut Tony Abbott dan istri
Margaret Aitken dengan hangat.
Pantauan Okezone di Istana
Merdeka, kedua kepala negara itu
sempat berincang singkat.
Selanjutnya, SBY mengantar PM
Abbott ke panggung kehormatan
untuk melihat upacara
penyambutannya tamu negara dan
mendengarkan lagu kebangsaan
dua negara.
Dentuman meriam sebanyak 19 kali
dan kumandang lagu kebangsaan
Advance Australia Fair dan
Indonesia Raya mengiringi upacara
penyambutan kenegaraan saat
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono didampingi Ibu Negara
Hj. Ani Yudhoyono menerima
kunjungan resmi PM Australia Tony
Abbott dan Margaret Aitken di
Istana Merdeka, Jakarta, Senin
(30/9) pukul 15.30 WIB. Ini
merupakan kunjungan ke luar
negeri pertama PM Abbott sejak
dilantik pada 18 September 2013.
Dalam sambutannya saat
pertemuan tatap muka atau tete-a-
tete di Ruang Jepara Istana
Merdeka, Presiden SBY berharap
kunjungan ini dapat memperkuat
hubungan bilateral kedua negara
yang selama ini telah berkembang
pesat di bawah kemitraan
kompherensif.
"Hubungan bilateral kedua negara
sangat baik. Masih terdapat
banyak ruang bagi perluasan
persahabatan dan kerja sama yang
tentunya saling menguntungkan
bagi kedua negara," kata SBY.
Dalam rilisnya pada Jumat (27/9)
pekan lalu, Staf Khusus Presiden
bidang Hubungan Internasional
Teuku Faizasyah menyampaikan
bahwa langkah Abbott memulai
masa pemerintahannya dengan
melakukan lawatan ke Indonesia
mencerminkan semangat untuk
melanjutkan, bahkan memperkuat
kerja sama kedua negara.
Sejumlah isu yang dibahas dalam
pertemuan bilateral, antara lain,
soal kerja sama ekonomi dan sosial
budaya, termasuk people-to-people
contacts. Dibicarakan pula isu-isu
regional dan global yang menjadi
perhatian bersama RI-Australia,
seperti kerja sama di forum East
Asia Summit, APEC, G20, dan PBB.
Dalam pertemuan bilateral RI-
Australia yang sedang berlangsung
saat berita ini diturunkan, Presiden
SBY didampingi Menko Polhukam
Djoko Suyanto, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa,
Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu
Marty Natalegawa, Menkeu Chatib
Basri, Menhan Purnomo
Yusgiantoro, Menkumham Amir
Syamsudin, Menteri Perindustrian
MS Hidayat, dan Mendag Gita
Wirjawan. Terlihat pula Mentan
Suswono, Mendikbud Mohammad
Nuh, Menteri Perikanan dan
Kelautan Cicip Sharif Soetardjo,
Menparekraf Mari Elka Pangestu,
Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan
Menteri ESDM Jero Wacik.
Sedangkan PM Tony Abbott
didampingi oleh Menlu Julie
Bishop dan Menteri Perdagangan
Andrew Robb. PM Abbott berada di
Indonesia sejak Minggu (30/9) dan
dijadwalkan kembali ke Australia
pada Selasa (1/10) esok.

Sumber : Okezone

Presiden SBY : Isu Penyelundupan Manusia Diselesaikan Lewat Bali Process


JAKARTA-(DM ) : Indonesia dan
Australia merupakan korban
penyelundupan manusia atau
people smuggling. Solusi terbaik
untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan kerja sama bilateral yang
efektif. Indonesia dan Australia
telah memiliki komitmen untuk
menyelesaikan masalah ini dengan
sebaik-baiknya.
"Akan lebih baik kalau ada kerja
sama bilateral berdasarkan Bali
Process untuk menyelesaikan
masalah dengan sebaik-baiknya,"
kata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam keterangan pers
bersama Perdana Menteri Australia
Tony Abbott, seusai pertemuan
bilateral, di Ruang Kredensial, Istana
Merdeka, Senin (30/9) sore.
Selain membahas isu
penyelundupan manusia, dalam
pertemuan bilateral tadi kedua
negara juga membahas masalah
Papua. Presiden SBY menegaskan,
kebijakan Indonesia sangat jelas,
yakni untuk memajukan Papua
melalui pendekatan kesejahteraan,
keadilan, dan demokrasi. "Saat ini,
biaya pembangunan per kapita
paling tinggi di seluruh Indonesia
adalah untuk Papua," ujar Presiden
SBY.
Meskipun masih ada masalah-
masalah lokal yang harus dikelola
dengan baik di Papua, namun SBY
menekankan bahwa pemerintah
Indonesia sangat serius untuk
memajukan Papua.
"Indonesia adalah negara demokrasi.
Tentu masalah-masalah ekspresi
yang ada di Papua itu bagian dari
demokrasi. Tapi satu hal, Papua
adalah bagian integral dari Negara
Republik Indonesia. Kedaulatan
Indonesia mencakup Papua, dan
itulah keutuhan teritorial
Indonesia," Presiden menegaskan.
Mengenai kerja sama RI-Australia,
Presiden SBY menjelaskan hubungan
berkembang dengan baik, baik di
bidang ekonomi, politik, hukum,
keamanan, maupun hubungan
antarwarga. Khusus untuk investasi,
SBY mengatakan bahwa Australia
adalah investor terbesar kesembilan
di Indonesia, dengan lonjakan
mencapai 700 persen dari tahun
2011 hingga 2012. Total
perdagangan juga akan ditingkatkan
dari 10 miliar dolar menjadi 15
miliar dolar AS. Kesepakatan lain
yang ingin ditingkatkan juga
mencakup pendidikan, pariwisata,
termasuk transportasi udara dan
pembangunan wilayah timur
Indonesia.
Presiden SBY mengajak PM Tony
Abbott untuk terus meningkatkan
kerja sama ekonomi karena
Indonesia dan Australia adalah
model kerja sama antara negara
maju dan emerging market. "Dengan
cara itu semua ekonomi di dunia
bisa sembuh. Semangat ini kuat
antara Indonesia dan Australia," SBY
menjelaskan.
Kedua negara juga sepakat apa yang
akan dibahas dalam KTT APEC di Bali
nanti juga dapat diteruskan dalam
pembahasan G20 yang akan digelar
di Australia tahun depan. "Agar
seluruh ekonomi dunia bisa
berkolaborasi, sehingga tidak ada
kebijakan dari negara manapun yang
menimbulkan masalah pada negara-
negara yang lain. Itulah semangat
dari G20 dan APEC," Presiden SBY
menandaskan.
Sementara itu, dalam keterangan
persnya, PM Abbott mengatakan
bahwa Indonesia telah melakukan
pencapaian dalam banyak hal.
Abbott setuju apa yang disampaikan
Presiden SBY tentang cara mengatasi
masalah perekonomian dunia. Akan
dibuka Australia-Indonesia Studies
Center di Universitas Monash untuk
kerja sama kontak antarwarga.

Sumber : PresidenRI

Besok, Presiden SBY Menerima Presiden RRT Xi Jinping


JAKARTA-(DM) : Presiden Republik
Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping,
didampingi Ibu Peng Liyuan, akan
melakukan kunjungan kenegaraan ke
Indonesia pada 2-3 Oktober besok.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dijadwalkan menerima Presiden
Jinping di Istana Merdeka pada
Rabu (2/10) lusa, dilanjutkan
melakukan pertemuan bilateral.
Staf Khusus Presiden bidang
Hubungan Internasional Teuku
Faizasyah menyampaikan hal ini
dalam rilisnya, Senin (30/9) siang.
Dalam pertemuan bilateral RI-RRT
tersebut, ujar Faizasyah, Presiden
SBY dan Presiden Jinping bersama
delegasi masing-masing akan
membahas isu-isu yang menjadi
prioritas bersama sesuai kerangka
kemitraan strategis. Isu-isu tersebut,
antara lain, meliputi kerja sama
ekonomi dan pembangunan,
pertahanan dan keamanan, maritim
dan perikanan, serta hubungan
antarmasyarakat.
"Selain itu, kedua pemimpin akan
bertukar pandangan mengenai isu-
isu regional dan global yang menjadi
kepentingan bersama, termasuk kerja
sama di forum East Asia Summit,
APEC, dan PBB," ujar Faizasyah.
Presiden SBY dan Presiden Jinping
juga diagendakan menyaksikan
penandatanganan beberapa
kesepakatan, termasuk perjanjian
kerja sama pembangunan kawasan
industri terpadu dan MoU kerja
sama perikanan.
Selain bertemu dengan Presiden
SBY, Presiden Jinping juga akan
melakukan pertemuan dengan Ketua
MPR, dan Ketua DPR, serta membuka
pameran fotografi bertemakan
hubungan bilateral RI-RRT. Presiden
Jinping, bersama Presiden SBY, juga
akan bersama-sama menghadiri
Business Luncheon dengan para
pelaku bisnis dari kedua negara.
"Kunjungan Presiden Xi Jinping akan
dimanfaatkan oleh kedua negara
untuk memperkuat kerja sama
bilateral yang sejatinya telah
berkembang dengan pesat sejak
ditandatanganinya kemitraan
strategis pada tahun 2005,"
Faizasyah menjelaskan.
Peningkatan kerja sama bilateral RI-
RRT ini, Faizasyah menambahkan,
untuk kemaslahatan rakyat kedua
negara, utamanya bagi pemajuan
ekonomi dan pembangunan.
Rencana kedatangan Presiden RRT
dan isu-isu yang akan dibahas telah
disampaikan oleh anggota Dewan
Negara atau State Councilor RRT
Yang Jiechi saat diterima Presiden
SBY, 19 September 2013 lalu. Yang
Jiechi telah mendiskusikan masalah
ini dengan Menko Polhukam Djoko
Suyanto.

Sumber : PresidenRI

Leopard Akan Tampil Di HUT TNI


JAKARTA-(DM) : Tank kelas berat
baru milik TNI AD hingga kini masih
disembunyikan. Main battle tank
(MBT) yang diberi nama oleh
pabrikannya Leopard tipe 2A4 itu
dibeli dari Jerman untuk
memperkuat TNI AD. Saat ini, baru
dua buah MBT Leopard dan dua tank
pengangkut personel Marder yang
tiba di Jakarta.
"Sekarang masih dicat, istilahnya di
camo (camuflase), disiapkan untuk
defile hari ulang tahun TNI 5
Oktober nanti," ujar Kepala Dinas
Penerangan TNI AD Brigjen Rukman
Ahmad di Jakarta kemarin (29/09).
MBT Leopard adalah tank kelas berat
pertama yang dimiliki Indonesia.
Menurut Rukman, pengelolaan tank
seberat 62 ton itu diatur oleh Pusat
Persenjataan Kavaleri (Pusenkav)
Kodiklat TNI Angkatan Darat. "Pasti
akan ditampilkan, nanti juga secara
statis dipamerkan di Monas,"
ujarnya.
Pembelian Leopard 2A4 sudah
menjadi perdebatan berbulan-bulan
sebelumnya. Pihak yang tidak setuju
berpendapat, tank Leopard tidak
cocok dengan karakter medan
peperangan Indonesia yang hutan
tropis dan berbukit-bukit. Ditambah
lagi, jalan dalam kota kota di
Indonesia tidak cocok dengan beban
berat tank itu.
Sebaliknya, mereka yang setuju
optimistis tank leopard mampu
memberi efek gentar bagi negara-
negara tetangga. Tercatat, baru ada
dua negara di ASEAN yang
menggunakan MBT Leopard, yakni
Singapura dan Indonesia. Negeri
Singa memiliki 96 tank jenis ini.
Rukman menjelaskan, tank Leopard
akan diperkenalkan secara total ke
masyarakat. "Termasuk kemampuan-
kemampuan manuvernya, " ujar
alumni Naval War College Amerika
Serikat itu.
Saat ini, awak tank atau personel
crew Pusenkav Kodiklat TNI AD
sedang berlatih di Bandung, Jawa
Barat. "Masyarakat kami undang
untuk nonton langsung secara
terbuka dan gratis," katanya.

Sumber : JPNN

German "Leopard 2 A6" vs. American "M1 A2 Abrams"


Hey guys,
since a few weeks im posting from
time to time some tank pictures into
any thread. Sometimes guys can´t,
won´t or don´t understand the fact
that the Leopard 2 A6 is the best
tank which has ever been built!
Now im trying to change your
opinion if you haven´t still
understand that the Leopard 2 A6 is
the best.
Leopard 2 A6 vs. M1 A2 Abrams
vs
What's the most efficient Main
Battle Tank (MBT) in the world? An
easy nomination is the U.S. Abrams,
but as further proof that Germans
know a bit about engineering,
there's also the Leopard 2A6.
Entering service with the
Bundeswher (German Army) in 2001,
the 2A6 is the latest improvement
on a tank line that has been under
development since the 60s. With the
notable features of replaceable
armor, advanced gun sighting, and a
longer, more powerful cannon than
its American counterpart, the 2A6
can make a strong claim on the title
of "world's most powerful tank."
Those who support the Abrams
M1A2 might disagree -- but let's
break it down before we arrive at
any conclusions.
Between 1960 and 1965, the United
States and then-West Germany were
involved in a joint effort to design
and build an advanced heavy battle
tank, the MBT/Kpz-70. While the
terms of the agreement between the
two nations prohibited the countries
from designing new tanks "in house,"
Porsche was given the go-ahead in
1965 to develop improvements to the
then-in service Leopard I to bring
this tank's fighting capabilities up to
the standards established by the
MBT/Kpz-70 program. This program,
dubbed the "Vergoldeter
Leopard" (Gilded Leopard), received
additional funding in 1967 when the
West German Defense Ministry,
dissatisfied with the joint program's
progress, decided to increase the
scope of the project and rename it
"Keiler" (Wild Boar). In 1969, the US/
FRG MBT/Kpz-70 program dissolved,
but in 1970 the Ministry of Defense
combined the Vergoldeter Leopard
with the surviving MBT-70
technology to create a new tank.
The first prototypes resembled
modified Leopard 1A4s, using
MBT-70 road wheels, but retained
the Leo I return rollers, while the
engine exhaust, located on the sides
of the hull rear in the Leo I, was
moved to the hull rear. The engine,
taken from the MBT-70 design, was a
12-cylinder MTU MB-873 Ka-500
water-cooled multi-fuel four-stroke
diesel. Coupled with a 20Kw electric
generator, gearbox, air filters, coolant
system and automotive braking
system, the entire assembly could be
swapped out in 15 minutes.
Seventeen prototypes were built, ten
with Rheinmetall 105mm smoothbore
cannons, and the remaining seven
with a Rheinmetall 120mm
smoothbore. By 1977 the design, a
MLC 60 tank with 120mm
smoothbore cannon, multi-layered
armor and 12-cylinder multi-fuel
engine, had finally been approved by
the MoD and designated the
Leopard II.
The first Leopard II entered service
with the German army in 1979.
Equipped with a fully stabilized
hydro-electrical fire control system
as well as a 3600 2x-8x independent
commander's sight, the new Leo II
was the world's most lethal MBT in
service at the time. The Leopard II
carries 15 rounds of main gun
ammunition in an armored
compartment in the loader's station
(like the M1, this compartment had
"blow off" panels to redirect any
ammunition compartment
explosions) while an additional 27
rounds are stored in trays to the
driver's left (unlike the M1, these
rounds are not blast-protected, but
their placement allows for
immediate access by the loader --
provided the main gun is over the
front deck -- for transferring to the
armored turret compartment or for
direct loading). In addition, the
turret is equipped with a fully
stabilized co-axially mounted
7.62mm MG-3 machine gun with
4,750 rounds of ammunition. Both
loader's and commander's hatches
are equipped with mounting rings to
accommodate the single MG-3 anti-
aircraft/ general purpose machine
gun available between them.
Twenty years later, the Leopard II,
now in the A6 form, is still setting
the standard for total MBT
performance. The Leo II's distinctive
"bunker" turret, with its zero angle
slab sided walls, has been modified
to accept additional bolts on sloped
third generation layered armor
packages. Introduced with the A5
variant, this additional armor not
only significantly increases the
degree of protection, but because of
its modular design, panels can be
easily replaced when damaged in
combat. The turret also incorporates
an internal spall liner to reduce
fragmentation effects should a
projectile penetrate into the crew
compartment.
Introduced with the A4 model, the
A6 continues to use a gun mounted
muzzle reference system (similar to
that used on the M1 Abrams) to
enable the gunner to compensate
for thermal flexing in the main gun.
The EMES-15 dual magnification
primary sight, used continuously
through all of the Leo II designs,
has been raised to the top of the
turret (for increased "turret down"
visibility) and provided with an
armored "doghouse," while the
commander's PERI-R-17A2 stabilized
independent sight (equipped with
an independent thermal channel
since the A5) has been repositioned
to the left rear of the commander's
station (to increase forward visibility)
. As with all the tanks in the Leo II
series, the Commander's sight allows
for rapid target designation and
handoff, whereby the commander
can designate a target for the
gunner using the commander's
override and then, once the gunner
has acquired the designated target,
resume scanning for additional
targets to designate.
The 2A6's fire control system
incorporates a WBG- X thermal sight
and CE628 Nd:YAG laser rangefinder,
both manufactured by Zeiss
Optronik. Although the commander's
station is equipped with is own
thermal sight, the gunner's thermal
sight picture can be rerouted to the
commander's monitor for target
classification and evaluation. The
electro-hydraulic stabilization system
has been replaced by a completely
electrical one that not only
eliminates potentially hazardous
pressurized hydraulic fluid from the
turret, but also significantly reduces
overall noise and temperature levels
inside the turret (especially when
the main motor is off).
While the increased armor has
necessitated the A6's MLC to be
increased from 60 to 70, the
improved MTU MB 873 Ka-501 liquid-
cooled, 47.6-liter, 4-stroke, turbo-
charged V-12 diesel engine, which
develops 1,500hp at 2,600 rpm, is
more than capable of maintaining
the Leo II's legacy of automotive
performance. The A6 is also
equipped with an auxiliary power
unit (APU) to power the vehicle's
electrical systems when the main
engine is off as well as a crew
compartment air conditioner.
What sets the A6 apart, however,
from the rest of the world's 120mm
equipped tanks is its longer L55
120mm cannon. With an increase in
130cm in barrel length over previous
L44 cannon (55 caliber vs. 44 caliber)
, projectiles fired from the L55
achieve higher muzzle velocities (and
correspondingly higher levels of
kinetic energy.) The L55 chamber
has also been redesigned to accept
more powerful, higher chamber
pressure charges, which will impart
even more velocity and kinetic
energy on anti-tank munitions
(current German KE rounds fired
from the L55 achieve muzzle
velocities in the 1,800 m/s range,
while the M829A2 APFSDS-T rounds
fired from the American M256
120mm cannon are in the 1,700 m/s
range. (It should be noted that
while the German rounds are faster,
their LKE II DM53 KE rounds use a
tungsten-based penetrator (for
environmental and political reasons)
which does not offer the same
degree of penetration as the
American 829A2, which uses a
depleted uranium penetrator.)
A tank's qualities can be measured
in three categories -- firepower,
maneuverability, and armor
protection -- and its "greatness"
depends on how well it fares against
its peers in these categories. In this
regard, the M1A2 SEP, with its
superior armor and lethality
(compared with the protection and
penetrating qualities of the A6's
systems) might take the prize as the
superior vehicle. But in the real
world, politics and economics play a
very important role in MBT design.
While the M1A2 SEP is a physically
superior vehicle, at $5 million a
copy, it is also the most expensive,
almost a third again as expensive as
a brand new A6.
The A6 also has an advantage in
that it is a follow-on improvement in
the Leopard II series, which means
that countries currently fielding
older versions of the Leopard II can
simply have their existing fleet
upgraded to the A6 standard. And
since the M1A2 utilizes depleted
uranium in its armor and
ammunition -- a substance that most
European nations (England being an
exception) have chosen not to use in
military hardware -- the A6 is the
most effective, non-DU tank currently
available.
Finally, in simple terms of technology
age, the A6 is a much "newer"
vehicle than the M1A2. Why is this
significant? The issue of "newness"
has serious implications when
applied to maintenance
requirements and parts availability.
The Avro-Lycoming 1,500 hp turbine
engine that powers America's entire
fleet of MBTs, for example, has been
out of production since 1992, which
makes finding replacement motors
more difficult, and increases the cost
of what spare parts are currently
available. While the turbine powered
M1 series has a higher acceleration
and "burst" speed, this is at the
expense of significantly higher fuel
consumption rates. This may not
seem like much, but fuel
consumption is a very real issue for
countries like Greece, which lacks
America's deep fiscal pockets.
Is the Leopard 2A6 the best battle
tank in the world? As with a lot of
things, it all depends on your
perspective, but no one can deny its
advanced design, its armor
protection, its power, and its relative
affordability. Put it all together, and
you have the best tank which has
ever been built!

Berita Foto : Camo Baru Si Macan


ARC-(DM) : Tak menunggu waktu
lama, sang macan Leopard 2A4 TNI-
AD segera berdandan diri untuk
nantinya dihadapkan ke publik di
hari jadi TNI. Proses pengecatan
kamuflase Leopard sendiri saat ini
sudah selesai. Dan inilah tampang
sang Macan saat ini.
Untuk mendandani sang macan,
memang bukan perkara mudah.
Segenap upaya dikerahkan jajaran
TNI-AD mulai dari Pussenkav,
Bengpuspalad, hingga kalangan
sipil. Desain corak monster lapis
baja ini sendiri merupakan karya
dari kalangan sipil. Hal ini
membuktikan keterbukaan dari TNI-
AD untuk merangkul semua golongan
demi kemajuan pertahanan dalam
negeri.
Sementara proses pengecatan
dilakukan oleh Bengpuspalad, dan
dilakukan disebuah tempat yang
dirahasiakan dengan supervisi dari
Pussenkav. Tidak seperti kamuflase
Anoa, perpaduan kamuflase kali ini
menggunakan 2 warna saja, seperti
kamuflase helikopter Nbell-412. ARC
sendiri mengikuti detik demi detik
proses pengecatan.
Pengecatan awal dilakukan pada
Rabu 25 september, dengan
melaburkan cat dasar warna hitam
ke track link. Sementara warna hijau
dikuaskan ke bagian-bagian yang
berkarat. Di hari berikutnya, proses
pengecatan sempat mengalami
sedikit kendala lantaran cat untuk
corak belum juga tiba. Alhasil, waktu
pun dimanfaatkan untuk
menyemprot debu di seluruh tubuh
tank.
Ketika cat tiba, para kru dari
Bengpuspalad dan Pussenkav segera
bekerja. Tak peduli siang-malam,
pengecatan terus dilakukan demi
mengejar target deadline pada hari
Jumat 27 September.
Namun demikian, perlu dicatat,
pengecatan saat ini masih belum
sempurna. Meski kamuflase 2 warna
sudah ditetapkan, corak dan alur
masih belum sempurna. Akan tetapi,
kamuflase ini cukup memberikan
gambaran bagaimana cantiknya sang
Macan nantinya.
Selain Leopard 2A4, ranpur Marder
juga terkena sentuhan yang sama.
Dan inilah dia, sang Macan dan
Tupai pohon dengan tampilan
barunya.

Sumber : ARC

F-15 SE(Silent Eagle) alternatif F-22 ??


Hohooy....Tentulah familiar kalau
kita mendengar kalimat F-15 yg
Identik dg nama 'Eagle'..yang
terngiang adalah fighter dengan Air
Superiority yang Top Markotop dan
kemampuan Serang darat yg juga
Lumayan....Bahkan Varian Pesawat
ini (F-15E / F-15 SG) dipercaya untuk
mengawal pesawat kepresidenan
Amerika! (yang isunya bakal diganti
oleh F-22) . Tapi apa jadinya bila di
depan nama Legendaris Eagle ada
kata yang berbunyi 'Silent'??
memang cukup mengherankan untuk
yang baru denger,tapi memang
itulah nyatanya...Entah gimana
caranya gue juga gatau ye...tapi
Boeing bisa merubah F-15 jadi
pesawat Siluman berbasis pada
F-15E Strike Eagle. Pilon-pilon
senjata di sayap Dilucuti untuk
mengurangi deteksi radar, lalu Sirip
tegaknya(Rudder/vertical stabilizer)
juga dimiringkan ke luar sebesar 18
derajat..( l__l => \__/ ).dan
penggantian sejumlah struktur
dengan bahan2 khusus yang bisa
memperkecil deteksi radar termasuk
pula cat dan kamuflase.Kemudian
tangki BBm yang diperbesar pd
Varian Strike Eagle juga dipangkas
untuk keperluan Penyimpanan
senjata Internal(sebangsa F-22 atau
JSF F-35) namun kapasitasnya lebih
kecil dan hanya terdapat 4 ruang
senjata yg masing2 hanya muat satu
dan itu diutamakan untuk
persenjataan Air Superiority.
Keuntungan dari Pesawat model
begini adalah tersedianya low-cost
Stealth Fighter dengan kemampuan
mumpuni, namun kekurangannya
adalah bahwa bentuk dari pesawat
ini berkesan 'ngotot' alias
memaksakan pesawat untuk sebuah
fungsi serta berkurang drastisnya
efisiensi muat senjata bila
dibanding dengan varian asli yaitu
F-15 Strike Eagle yang segala macem
amunisi (yang dari BVR Missile
sampe Conventional free fall bomb jg
bisa). Namun Boeing pasti punya
alasan khusus mengapa mereka
menciptakan pesawat ini