Reporter : Ramadhian Fadillah
Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD) melancarkan operasi
menghancurkan G30S di Jawa
Tengah dan sekitarnya pada akhir
bulan Oktober 1965. Pasukan baret
merah ini mengejar pasukan militer
pendukung G30S yang lari ke lereng
Gunung Merapi-Merbabu.
Pendukung G30S di Solo dan
sekitarnya masih cukup banyak.
Kadang mereka masih berani
melakukan teror.
Warga juga menebangi pohon untuk
merintangi perjalanan konvoi RPKAD.
Tak cuma itu, para wanita yang
tergabung dalam Gerakan Wanita
Indonesia (Gerwani), organisasi
underbouw PKI juga ikut
menghadang konvoi RPKAD.
Peristiwa itu digambarkan seorang
wartawan asing John Hughes yang
dikutip Julius Pour dalam buku
Gerakan 30 September, Pelaku,
Pahlawan & Petualang terbitan
Kompas.
"Suatu kali, konvoi yang dipimpin
Sarwo Edhie dihadang sejumlah
anggota Gerwani. Mereka menari-
nari memadati jalan menghina
RPKAD dengan menunjukkan
bokongnya."
Sarwo Edhie bertindak tegas. Dia
perintahkan panser maju ke depan.
Sarwo memerintahkan untuk
menembak peringatan.
"Tembak mereka," perintahnya.
Setelah tembakan salvo selesai,
sejumlah warga memprotes
tembakan tersebut. Anak buah di
atas panser diam, melirik Sarwo.
Dengan nada datar Sarwo berkata.
"Tembak juga mereka."
Sarwo dikenal tegas, tak pernah
ragu-ragu bertindak. Hal ini
membuat nyali pendukung G30S
ciut. Masyarakat yang memiliki
senjata kemudian menyerahkannya
pada RPKAD. Tak ada lagi yang
berani melecehkan pasukan
komando tersebut.
Satu demi satu tokoh-tokoh PKI di
Jawa Tengah berhasil dihabisi.
Di Jawa Tengah, nama Sarwo harum.
Dia jadi idola masyarakat. Mantan
Menteri Perumahan Rakyat Suharso
Monoarfa mengingat betapa
gagahnya Kolonel Sarwo dengan
seragam loreng darah mengalir, kaca
mata hitam dan tongkat komando.
"Dulu waktu di Malang, usai
penumpasan G 30 S/PKI, saya lihat
Komandan RPKAD Sarwo Edhie
Wibowo. Gagah sekali, lalu saya pikir
apakah saya bisa seperti beliau,"
kata Suharso di Mako Kopassus,
Cijantung, Jakarta Timur.
Sayangnya mertua Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ini seolah
dipinggirkan Soeharto setelah
selesai memberantas PKI. Sejumlah
pihak menilai Soeharto khawatir
dengan kepopuleran Sarwo Edhie.
Meminjam istilah Julius Pour untuk
Sarwo Edhie, perannya bagaikan
wayang. Disimpan di kotak setelah
lakonnya selesai.
Senin, 30 September 2013
Kisah konvoi RPKAD dihadang pantat Gerwani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar