widgets

Selasa, 08 Oktober 2013

☆ Jenderal Yani: RPKAD asah pisau komandomu!


Tahun 1965 panas membara oleh
gesekan politik Angkatan Darat dan
Partai Komunis Indonesia. Sejumlah
langkah politik PKI ditentang
Angkatan Darat. Salah satu yang
krusial adalah soal angkatan kelima,
dimana PKI meminta buruh dan
petani dipersenjatai untuk
menghadapi konfrontasi dengan
Malaysia.
Selain itu PKI juga menginginkan
ada komisariat politik dalam militer,
seperti dalam negara-negara
komunis. Panglima Angkatan Darat
Letjen Ahmad Yani yang paling keras
menentang usulan-usulan PKI ini.
Yani makin marah saat terjadi
peristiwa Bandar Betsy di
Simalungun, Sumatera Utara. Ribuan
petani menyerobot tanah milik
Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN). Seorang anggota TNI, Pelda
Soedjono tewas dicangkul.
Di peringatan HUT Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD)
tanggal 15 Juli 1965 di Jakarta, Yani
menumpahkan kemarahannya pada
PKI.
"RPKAD harus tetap memelihara
kesiapsiagaan yang merupakan ciri
khasnya dalam keadaan apapun,
terutama dalam keadaan gawat ini.
Asah pisau komandomu, bersihkan
senjatamu," kata Yani.
Yani berjanji akan menuntut para
pelaku pengeroyokan Pelda Soedjono
serta menolak usulan-usulan PKI
soal Nasakom ala PKI.
RPKAD pasukan loyal Angkatan
Darat. Pasukan terbaik dengan
prestasi gemilang di berbagai
palagan. Pidato Yani membakar
semangat pasukan komando baret
merah itu.
Ada analisa menarik soal RPKAD.
Sebagai satuan terbaik, seharusnya
Angkatan Darat menyerahkan
pasukan itu untuk masuk ke Resimen
Tjakrabirawa. Namun pimpinan AD
rupanya tetap menginginkan RPKAD
menjadi pasukan pemukul dan
bebas dari huru-hara politik.
Karena itu kemudian AD
menyerahkan Batalyon 454 yang
terkenal dengan sebutan Banteng
Raiders atau BR. Dari segi
kemampuan dan prestasi, BR tak
kalah dengan RPKAD. Pasukan terjun
dengan kemampuan tempur di
gunung dan hutan.
Ahmad Yani juga yang mendirikan
Banteng Raiders tahun 1952 saat
masih berpangkat kolonel dan
menjadi komandan brigade di Jawa
Tengah. Saat itu Yani membutuhkan
pasukan elite untuk bertempur
melawan gerilyawan Darul Islam.
Maka Yani dikenal sebagai Bapak
Banteng Raiders.
Kelak saat aksi G30S berlangsung,
pimpinan gerakan ini Letkol Untung
Syamsuri berasal dari Banteng
Raiders yang ditugaskan di
Tjakrabirawa. Kebanyakan pelaku
penculikan juga berasal dari BR.
"Ironisnya Yani diculik dan dibunuh
oleh pasukan yang dulu dibentuknya
dengan susah payah," kata sejarawan
Petrik Matanasi saat berbincang
dengan merdeka.com.
Sementara RPKAD, sesuai harapan
Angkatan Darat, menjadi tulang
punggung penumpasan G30S.
Komandan RPKAD Kolonel Sarwo
Edhie Wibowo pernah menyampaikan
koran tewas tak kurang dari 3 juta
orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar